![]() |
Kota Saranjana |
Kamu pernah dengar cerita tentang kota gaib Saranjana?
Di ujung selatan Pulau Borneo, tepatnya di Kalimantan Selatan, beredar kisah tentang sebuah kota misterius bernama Saranjana, kota yang disebut-sebut begitu maju, indah, tapi... nggak bisa ditemukan di peta modern. Banyak orang menyebutnya “kota gaib di Kotabaru”, sementara sebagian lain menganggapnya cuma legenda rakyat yang terlalu hidup dalam imajinasi.
Yang bikin menarik, keberadaan kota Saranjana bukan cuma isapan jempol dari mulut ke mulut. Nama “Saranjana” tercatat dalam beberapa peta kuno Hindia Belanda, bahkan ada catatan dari abad ke-19 yang menyebut wilayah itu sebagai kawasan padat penduduk dengan pelabuhan alami. Tapi anehnya, sekarang, kalau kamu buka Google Maps, nggak ada satu pun kota bernama Saranjana di sana. Yang ada cuma hamparan bukit, laut, dan desa kecil bernama Oka-Oka, di Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan.
Legenda ini sudah turun-temurun jadi bagian dari cerita rakyat Kalimantan Selatan, khususnya di kawasan Pulau Laut. Masyarakat setempat percaya bahwa Saranjana memang ada, hanya saja tak semua mata bisa melihatnya. Mereka bilang, hanya “orang yang terpilih” atau “bermata batin” yang bisa menembus tirai antara dunia nyata dan dunia gaib itu.
Jejak Awal Legenda: Dari Cerita Rakyat Hingga Catatan Kolonial
Kalau kamu tanya orang tua di Kotabaru, sebagian akan cerita bahwa Saranjana dulunya kota yang megah. Ada istana, pasar, dan pelabuhan tempat kapal dagang datang dari jauh. Ceritanya, kota ini diperintah oleh Raja Pakurindang, tokoh yang juga dikenal dalam legenda Kerajaan Halimun. Di antara kisah itu muncul juga nama Sambu Ranjana dan Sambu Batung, dua tokoh sakral yang diyakini punya hubungan spiritual dengan Gunung Sebatung—gunung yang dianggap suci oleh masyarakat setempat.
Menariknya, legenda ini punya versi yang agak “historis”. Dalam catatan Pieter Johannes Veth, seorang peneliti Belanda abad ke-19, nama “Saranjana” muncul dalam daftar wilayah di Pulau Laut, Kalimantan Selatan. Bahkan disebut punya aktivitas ekonomi. Jadi, kalau dipikir-pikir, bukan nggak mungkin dulu Saranjana itu memang kota nyata yang kemudian lenyap karena bencana atau perubahan alam.
Kamu bisa bayangkan, di masa lalu Pulau Laut adalah jalur perdagangan penting. Jadi bisa saja Saranjana memang pernah berdiri, lalu tenggelam atau tertelan hutan tropis yang lebat. Tapi di sisi lain, mitos selalu punya cara sendiri untuk bertahan. Buat sebagian orang, keberadaan kota Saranjana bukan soal geografi, tapi soal kepercayaan dan misteri.
Saranjana di Peta Lama: Antara Fakta Kartografi dan Imajinasi
Nah, bagian ini yang bikin misteri Saranjana makin “berisi”. Nama Saranjana ternyata muncul di beberapa peta kuno Hindia Belanda. Dalam Sketch Map of the Residency Southern and Eastern Division of Borneo tahun 1913, ada titik bertuliskan “Tandjoeng Serandjana” di kawasan Pulau Laut. Lalu ada juga dalam peta yang dibuat Salomon Muller tahun 1845 dan Isaac Dornseiffen 1868. Semua menunjukkan lokasi yang kurang lebih sama — wilayah pesisir Kalimantan Selatan.
Pertanyaannya: kalau cuma legenda, kenapa bisa masuk peta resmi kolonial?
Apakah mungkin dulu memang ada pemukiman bernama Saranjana yang kemudian hilang? Atau mungkin para kartografer Belanda cuma menyalin nama yang mereka dengar dari penduduk lokal tanpa pernah benar-benar melihat kotanya?
Sampai sekarang, ini masih jadi bahan perdebatan. Sebagian sejarawan bilang, mungkin terjadi kesalahan transliterasi. Kata “Saranjana” bisa jadi berasal dari istilah lokal lain yang salah dengar atau salah tulis. Tapi sebagian pecinta misteri yakin: keberadaan kota Saranjana itu nyata, hanya saja berada di dimensi lain — dunia paralel yang letaknya masih di bumi, tapi tak bisa dijangkau oleh orang biasa.
Bayangkan saja: sebuah kota lengkap dengan infrastruktur, mobil, dan gedung-gedung tinggi, tapi tak ada dalam catatan modern. Itulah sebabnya, Saranjana sering dijuluki kota tak kasatmata di Kalimantan Selatan.
Penelusuran Geografis: Antara Desa Oka-Oka dan Pulau Laut
Kalau kamu penasaran dan nekat mau “nyari” Saranjana, semua petunjuk mengarah ke Desa Oka-Oka di Pulau Laut Selatan, Kabupaten Kotabaru. Dari Banjarmasin, kamu bisa menempuh perjalanan darat dan laut sekitar 10 jam untuk sampai ke sana. Penduduk lokal percaya, di sekitar desa itulah gerbang menuju kota Saranjana berada. Tapi tentu saja, gerbang itu bukan dalam bentuk portal bercahaya seperti di film fantasi. Mereka bilang, itu adalah wilayah gaib yang tertutup oleh kabut dan hutan lebat.
Wilayah Pulau Laut memang unik. Dikelilingi laut biru, tebing batu, dan bukit-bukit hijau, sebagian areanya masih sangat alami. Di sanalah banyak cerita mistis lahir — tentang suara gamelan tengah malam, cahaya dari balik bukit, sampai kapal besar yang muncul lalu hilang tanpa jejak. Banyak yang bilang, semua itu berkaitan dengan aktivitas dari kota gaib Saranjana.
Secara geografis, Pulau Laut juga punya banyak gua dan jalur air bawah tanah. Bisa jadi legenda Saranjana lahir dari keindahan sekaligus keanehan alam itu. Tapi anehnya, meski sudah banyak ekspedisi modern dilakukan, belum ada yang menemukan bukti fisik kota tersebut. Jadi, misteri keberadaan kota Saranjana tetap menggantung antara keyakinan spiritual dan keheningan alam liar Kalimantan Selatan.
Kisah Mistis dan Kesaksian Warga: Kota yang Hanya Terlihat oleh Mata Batin
Salah satu hal yang bikin cerita Saranjana tetap hidup adalah kesaksian warga. Ada banyak cerita dari orang-orang yang mengaku “tidak sengaja” melihat kota itu.
Misalnya, ada nelayan yang mengaku pernah melihat lampu-lampu gemerlap dari kejauhan saat melaut malam. Tapi ketika didekati, cahaya itu hilang begitu saja. Ada juga kisah sopir truk yang pernah mendapat “pesanan alat berat” ke Saranjana — alamat jelas, nama pemesan lengkap, bahkan uang muka sudah dibayar. Tapi begitu dicek ke lapangan, kota itu… nggak ada!
Cerita-cerita seperti ini sempat viral di media sosial, terutama di TikTok dan YouTube. Banyak pemburu misteri datang ke Kotabaru membawa drone dan kamera, berharap menangkap sesuatu. Tapi hasilnya selalu sama: tak ada apa pun, kecuali hutan dan bukit.
Namun, bagi sebagian warga, itu bukan berarti kota itu tak ada. Mereka bilang, Saranjana hanya bisa dilihat oleh mereka yang “diizinkan”. Orang biasa cuma akan melihat alam biasa, tapi kalau kamu punya mata batin terbuka, kamu bisa melihat jalan, bangunan, bahkan penduduknya.
Dari sisi spiritual, Saranjana disebut-sebut sebagai kota yang dihuni makhluk halus tingkat tinggi. Di sana, katanya, segala sesuatu lebih indah dan canggih. Bahkan beberapa orang percaya, penghuni Saranjana adalah makhluk yang menyerupai manusia tapi berasal dari dimensi berbeda.
Kedengarannya memang seperti cerita fantasi, tapi di masyarakat Kalimantan, hal-hal seperti ini dianggap wajar. Karena bagi mereka, dunia gaib dan dunia nyata memang berdampingan.
Saranjana dalam Perspektif Ilmiah dan Rasional
Nah, buat kamu yang lebih suka pendekatan logika, tentu ingin tahu: gimana pandangan ilmiah soal keberadaan kota Saranjana ini?
Beberapa sejarawan dan peneliti lokal mencoba menjelaskan fenomena ini dari sisi kartografi dan linguistik. Misalnya, kemungkinan bahwa “Saranjana” dulu memang nama suatu kampung kecil atau pelabuhan yang kemudian hilang karena faktor alam — seperti abrasi pantai, gempa, atau perubahan garis pesisir. Ada pula teori bahwa Saranjana cuma kesalahan penulisan dari nama lain seperti “Sarandjana” atau “Sarangjana”, yang mungkin merujuk ke lokasi di peta lama yang kini berubah nama.
Dari sisi antropologi, legenda seperti Saranjana dianggap bagian dari folklore Kalimantan Selatan. Cerita rakyat seperti ini berfungsi untuk menjaga identitas budaya dan mengajarkan nilai moral. Misalnya, agar manusia tidak sombong, tidak merusak alam, dan tetap menghormati hal-hal gaib.
Jadi, meskipun kota itu tak ditemukan secara fisik, keberadaannya dalam memori kolektif tetap nyata.
Ada juga kemungkinan psikologis: ketika orang terlalu percaya pada satu mitos, persepsi mereka bisa menyesuaikan. Misalnya, melihat cahaya jauh di malam hari dan mengartikannya sebagai tanda dari kota Saranjana. Padahal mungkin itu cuma pantulan dari kapal atau cahaya alami dari gas rawa. Tapi justru di situlah menariknya: di antara fakta dan fantasi, Saranjana tetap hidup sebagai simbol misteri yang tak bisa dijelaskan sepenuhnya oleh sains.
Saranjana di Era Digital: Antara Mitos dan Identitas Budaya
Zaman sekarang, kisah Saranjana justru makin populer. Di era digital, legenda ini hidup lagi lewat video viral, film pendek, dan bahkan lagu-lagu bertema misteri. Banyak konten kreator datang ke Kalimantan Selatan untuk “menyelidiki” Saranjana, meskipun hasilnya sering nihil. Tapi efeknya besar: nama Saranjana jadi ikon kebanggaan lokal. Bahkan pemerintah daerah Kotabaru mulai memanfaatkan cerita ini untuk promosi wisata budaya dan pariwisata mistis.
Kalau dipikir-pikir, inilah cara legenda beradaptasi di dunia modern.
Dulu, cerita rakyat cuma dituturkan dari mulut ke mulut. Sekarang, ia bertransformasi jadi narasi digital yang ditonton jutaan orang.
Bagi masyarakat Kalimantan Selatan, Saranjana bukan cuma cerita tentang kota gaib, tapi simbol identitas budaya Kalsel — bahwa daerah mereka punya sejarah dan misteri yang unik. Seperti kata orang Banjar, “Kadada misteri, kadada hidup.” (Tanpa misteri, hidup jadi hambar).
Jadi, apakah keberadaan kota Saranjana di Kalimantan Selatan benar-benar nyata?
Mungkin tidak dalam arti geografis, tapi jelas nyata dalam hati dan imajinasi masyarakatnya. Setiap kali orang bercerita tentang Saranjana, kota itu hidup lagi — di antara kabut Pulau Laut, di sela ombak Kotabaru, dan di kepala setiap orang yang masih percaya bahwa dunia ini lebih luas dari yang bisa kita lihat.
Refleksi: Misteri yang Tidak Perlu Diselesaikan
Akhirnya, mungkin memang tak semua misteri harus dipecahkan.
Saranjana, dengan segala cerita dan keanehannya, adalah pengingat bahwa manusia punya dua sisi: logika dan imajinasi.
Buat sebagian orang, keberadaan Saranjana adalah bukti betapa banyak hal di dunia ini yang belum bisa dijelaskan.
Buat sebagian lain, ia hanyalah cerita indah yang memperkaya budaya Kalimantan Selatan.
Dan buat kamu yang membaca ini, mungkin kota itu memang tidak ada di peta, tapi siapa tahu, suatu hari kamu berjalan di pesisir Oka-Oka, dan melihat sekilas bayangan lampu dari balik bukit. Kalau itu terjadi… ya, mungkin kamu baru saja menatap ke arah Saranjana, kota gaib yang katanya hanya bisa dilihat oleh mereka yang percaya.